Selasa, 27 November 2012

kultum 2: TANGGUNG JAWAB KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM


TANGGUNG JAWAB KEPEMIMPINAN ISLAM
Kultum Dzuhur Masjid Agung Al-Azhar Rabu, 14 N0vember 2012

Oleh: Drs. H. Musthofiq , M.A
Dalam pandangan Islam, kepemimpinan merupakan amanah dan tanggungjawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt

Nabi bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya” (HR. Bukhori) Nabi Muhammad Saw juga  bersabda: “Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancuran. Waktu itu ada seorang shahabat bertanya: apa indikasi menyia-nyiakan amanah itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya” (HR. Bukhori)

Imam Al-Mawardi dalam Al-ahkam Al sulthoniyah  menyinggung mengenai hukum dan tujuan menegakkan kepemimpinan. beliau mengatakan bahwa menegakkan  kepemimpinan dalam pandangan Islam adalah sebuah keharusan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa keberadaan pemimpin (imamah) sangat penting, artinya, antara lain karena imamah mempunyai dua tujuan:

 1.  Likhilafati an-Nubuwwah fi-Harosati ad-Din, yakni sebagai pengganti misi kenabian untuk   
      menjaga agama. 
2.  Wa sissati ad-Dunnya, untuk memimpin atau mengatur urusan dunia. Dengan kata lain bahwa tujuan suatu kepemimpinan adalah untuk menciptakan rasa aman, keadilan, kemasylahatan, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, mengayomi rakyat, mengatur dan menyelesaikan problem-problem yang dihadapi masyarakat.

Kriteria Pemimpin yang Ideal dalam Islam

Imam Al Mawardi dalam Al-ahkam Al sulthoniyyah-Nya memberikan beberapa kriteria seorang pemimpin yang ideal agar tampilnya pemimpin tersebut dapat mengantarkan suatu Negara yang adil dan sejahtera seperti yang diharapkan.

1.      Seorang pemimpin harus mempunyai sifat adil (‘adalah)

2.      Memiliki pengetahuan untuk memanage persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.

3.       Sehat panca indranya seperti pendengaran, penglihatan dan lisannya. Sehingga seorang pemimpin bisa secara langsung mengetahui persoalan-persoalan secara langsung bukan dari informasi atau laporan orang lain yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

4.       Sehat anggota badan dari kekurangan. Sehingga memungkinkan seorang pemimpin untuk bergerak lebih lincah dan cepat dalam menghadapi berbagai persoalan ditengah-tengah masyarakat.

5.       Seorang pemimpin harus mempunyai misi dan visi yang jelas. bagaimana memimpin dan memanage suatu Negara secara berstruktur, sehingga ada perioritas tertentu, mana yang perlu ditangani terlebih dahulu dan mana yang dapat ditunda sementara.


Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Islam

Prinsip-prinsip atau nilai-nilai tersebut antara lain:

1.        Tauhid, ( mengesakan Alloh )

2.      As-syura (bermusyawarah)

3.       Al-’adalah (berkeadilan)

4.       Hurriyah Ma’a Mas’uliyah (kebebasan disertai tanggungjawab)

5.       Kepastian Hukum, Jaminan Haq al Ibad (HAM) dan lain sebagainya.


MEMBERANTAS KECURANGAN

Kultum Dzuhur Masjid Agung Al-Azhar Rabu, 19 Desember 2012
Oleh: Drs. H. Musthofiq , M.A



Pengertian tindakan curang (al-ghisy) adalah menampakkan sesuatu yang tak sesuai dengan faktanya (izh-haru ghair al-haqiqah), atau menampakkan sesuatu secara berbeda dengan apa yang disembunyikan. (Rawwas Qal’ahjie, Mu’jam Lughah Al-Fuqaha’, hlm. 252; Ibrahim Anis dkk, Al-Mujam Al-Wasith, hIm.652).
Kecurangan adalah bagian dari kezaliman, sedangkan kezaliman  adalah faktor utama terpuruknya umat, hancurnya berbagai peradaban, lenyapnya ketenangan, munculnya permusuhan,  dan datangnya kemurkaan Allah
Pada suatu saat, Rasulullah  melewati suatu tumpukan makanan. Lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan makanan tersebut. Ternyata, beliau mendapatkan bagian tengah makanan itu basah. Rasulullah  bertanya kepada penjual, “Apa ini?”
“Terkena hujan, wahai Rasulullah,” jawab penjual.
Rasulullah bersabda, “Mengapa kamu tidak letakkan di atas, agar orang melihatnya? Barang siapa yang menipu, tidak termasuk golonganku.” (HR. Muslim)
مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنَّا                                                                                                 
“Barangsiapa menipu maka dia tidak termasuk golongan kami.” (HR. at-Tirmidzi dan disahihkan asy-Syaikh al-Albani)

FAKTOR PENYEBAB CURANG
1. Rakus terhadap harta dan kedudukan
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِى غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِه       
“Dua serigala yang lapar yang dilepas pada (kerumunan) kambing tidak lebih merusak daripada ambisi seseorang terhadap harta dan kedudukan (dalam merusak) agamanya.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi)
2. Lemahnya iman.
    Orang yang lemah imannya merasa tidak ada yang mengawasi dalam hidupnya, sehingga ia boleh berbuat sekehendak hatinya. padahal ia selalu diawasi oleh dua malaikat  yaitu Rakib dan Atid. Apapun yang dilakukannya selalu dicatat oleh dua malaikat ini

3. Minimnya bimbingan agama.
Segala kesesatan yang ada di muka bumi ini pada dasarnya tidak keluar dari salah satu dari dua hal: kebodohan, dan mengikuti hawa nafsu.
4. Lemahnya pengawasan pemerintah.
Kekuasaan adalah amanah yang diemban untuk mengatur kehidupan manusia agar selalu berada pada jalan yang lurus. Menebarkan keadilan serta mewujudkan rasa aman dan nyaman pada diri rakyat, harta, dan kehormatan mereka adalah tanggung jawab pemerintah. Demikian pula hendaknya mereka menindak setiap kezaliman dan menutup celah yang akan mengantarkan kepada terganggunya stabilitas masyarakat. Persis seperti bang Napi di Televisi Ingat," kejahatan bukan terjadi karena niat semata, namun karena adanya kesempatan! waspadalah! Waspadalah!"









1 komentar: