MARI BERHAJI WALAU BELUM KE TANAH
SUCI
( Pesan
Moral Pasca Ibadah Haji )
Oleh: Drs.
H. Musthofiq, MA
A.
Mengapa Orang Enggan
Berhaji
1.
Belum berhaji karena belum
punya mobil
Setiap
umat Islam seharusnya mempunyai himmah ( keinginan ) yang kuat melaksanakan
semua rukun Islam, termasuk di dalamnya ibadah haji. Namun banyak diantara
mereka yang belum memikirkan hal itu dengan berbagai alasan. Bagi yang kurang mampu dengan alasan belum
punya dana yang cukup. Belum mempunyai rumah yang bagus atau belum mempunyai
kendaraan mobil. Padahal untuk berniat haji atau tepatnya berazam untuk haji
tidak perlu biaya alias gratis.
Apalagi
Allah SWT. Maha Kaya, jika kita sudah mempunyai azam yang kuat insya Allah
Allah akan menolong hamba-Nya yang bersungguh-sungguh ingin bertamu ke rumahnya
dengan melaksanakan ibadah haji. Sebagai contoh ada Mbah Temu dari Kudus
seorang tukang pijat di kampung, karena keinginannya yang kuat dan
kesungguhannya ia mampu melaksanakan ibadah haji tahun ini setelah menabung selama
15 tahun dan banyak contoh yang lainnya.
Allah SWT mewajibkan
hamba-Nya yang mampu untuk berhaji sebagaimana dalam firman-Nya:
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ
الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ
غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan
ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.( Q.S. Ali Imran:97)
2.
Belum berhaji karena belum
mendapat panggilan.
Bagi mereka yang kaya dan
banyak harta ada yang belum melaksanakan ibadah haji dengan alasan belum
mendapat panggilan dari Allah. Padahal Allah sudah memanggil mereka umat
manusia untuk melaksanakan ibadah haji sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an
وَأَذِّنْ
فِي النَّـاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ
يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيـقٍ
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji,
niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta
yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,” (QS. Al-Hajj : 27)
Jadi mereka sudah
dipanggil oleh Allah hanya saja mereka tidak peduli dengan panggilan itu atau
mereka pura- pura tidak mendengarnya. Memang diantara mereka ada yang sudah
melaksanakan umrah, bahkan ada yang berkali-kali, ada juga yang melaksanakan
umrah di bulan Ramadhan.
3. Umrah Ramadhan
sama seperti Ibadah Haji.
Melaksanakan umrah di
Bulan suci Ramadhan memang sangat dianjurkan oleh Nabi, bahkan pahalanya
seperti melaksanakan ibadah haji. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis:
فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ
فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ حَجَّةٌ
“Jika Ramadhan
tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji.” (H.R.
Bukhari ).
Imam Nawawi rahimahullah dalam
syarah Shahih Muslim menjelaskan bahwa, umrah di bulan Ramadhan mendapati pahala
seperti pahala haji. Namun bukan berarti umrah Ramadhan sama dengan haji secara
keseluruhan. Sehingga jika seseorang punya kewajiban haji, lalu ia berumrah di
bulan Ramadhan, maka umrah tersebut tidak bisa menggantikan haji tadi.” (Syarh
Shahih Muslim, 9:2)
Mengapa demikian ? karena
yang termasuk rukun Islam adalah berhaji ke Baitullah bukan berumrah, atau
berumrah di bulan Ramadhan sebagimana dijelaskan dalam hadis:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ
الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Didirikan islam atas
lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad
adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan puasa
Ramadhan. ( H.R. Bukhari )
B.
Bersegera melaksanakan
Ibadah haji
Karena
ibadah haji banyak menggunakan fisik, maka sebaiknya ibadah haji dikerjakan
selagi fisik masih kuat, atau masih muda.
Nabi memerintahkan kita umat Islam untuk bersegera melaksanakan
sebagaimana sabdanya:
تَعَجَّلُوا إِلَى
الْحَجِّ يَعْنِي الْفَرِيضَةَ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَا يَدْرِي مَا يَعْرِضُ لَهُ
Bersegeralah kalian menunaikan ibadah haji, karena
sesungguhnya seseorang diantara kamu tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.
( H.R Ahmad )
Alangkah
bijaknya jika setiap ummat Islam
merencakan melaksanakan ibadah haji ini dengan baik, sehingga dapat
melaksanakan ibadah haji tidak pada usia tuanya. Apalagi pada saat ini waiting list ( daftar tunggu ) bisa mencapai 10 tahun
bahkan lebih. Bila kita mendaftar sekarang pada usia 45 tahun misalnya , maka
pada usia 55 tahun baru bisa berhaji atau menjelang pensiun. Pertanyaannya
adakah jaminan usia kita sampai ? walluhua’lam. Maka kata kuncinya bersegeralah
untuk mendaftar dan jangan ditunda-tunda dengan berbagai alasan, sebab seribu
satu alasan bisa dibuat.
C. Ancaman bagi yang
tidak mau berhaji
Alloh telah memanggil untuk
berhaji, Nabi sudah menyuruh untuk bersegera melaksanakan ibadah haji. Maka
bagi mereka yang enggan melaksanakan perintah ini diancam mati dalam keadaan
Yahudi atau Nasrani. Sebagaimana dijelaskan Ibnu Katsir ketika menjelaskan
tafsir ayat 97 Surat Ali Imran, Ibnu Katsir membawakan keterangan dari Umar
bin Khatab radhiyallahu ‘anhu,
أَنَّ عُمَرَ بْنَ
الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: مَنْ أَطَاقَ الْحَجَّ فَلَمْ
يَحُجَّ، فَسَوَاءٌ عَلَيْهِ يَهُودِيًّا مَاتَ أَوْ نَصْرَانِيًّا، وَهَذَا
إِسْنَادٌ صَحِيحٌ إِلَى عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Bahwa Umar bin Khatab
radhiyallahu ‘anhu mengatakan, ‘Siapa yang mampu haji dan dia tidak berangkat
haji, sama saja, dia mau mati yahudi atau mati nasrani.’Komentar Ibnu Katsir,
‘Riwayat ini sanadnya shahih sampai ke Umar radhiyallahu ‘anhu.’
Kemudian diriwayatkan oleh Said bin
Manshur dalam sunannya, dari Hasan al-Bashri, bahwa Umar bin Khatab mengatakan,
لَقَدْ هَمَمْتُ أَنَّ
أَبْعَثَ رِجَالًا إِلَى هَذِهِ الْأَمْصَارِ فَيَنْظُرُوا كُلَّ مَنْ كَانَ لَهُ
جَدَّةٌ فَلَمْ يَحُجَّ، فَيَضْرِبُوا عَلَيْهِمُ الْجِزْيَةَ مَا هُمْ بمسلمين،
ما هم بمسلمين
Saya
bertekad untuk mengutus beberapa orang ke berbagai penjuru negeri ini, untuk
memeriksa siapa diantara mereka yang memiliki harta, namun dia tidak berhaji,
kemudian mereka diwajibkan membayar fidyah. Mereka bukan bagian dari kaum
muslimin.. mereka bukan bagian dari kaum muslimin. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/85)
D. Pesan Moral Pasca
Ibadah Haji
Melalui tulisan ini penulis berharap bagi yang
sudah pergi haji untuk senantiasa mengaplikasikan pesan moral dalam ibadah haji
. Bagi yang belum berhaji berusahalah dengan sungguh-sungguh agar dapat segera
berhaji. Walaupun belum berhaji amalkanlah pesan moral ibadah haji sebagai
berikut:
1.
Ibadah
haji dimulai dengan niat dan memakai pakaian ihram.
Pakaian ihram bagi laki-laki adalah dua lembar
kain yang tidak berjahit. Ini melambangkan kesederhanaan dan kehinaan, dengan
pakaian manusia akan terlihat status social, bahkan pangkat dan jabatannya
seperti dalam kemiliteran. Melalui pakaian ihram ini manusia dididik untuk
tidak boleh sombong. Apa sih yang pantas kita sombongkan, kekayaan, kepandaian,
kecantikan? Semua itu adalah pemberian dari Allah semata. Iblis laklanullah alaihi
yang sudah tinggal di surga, karena sombong diusir dari surge. Apalagi kita
yang masih di dunia sangat tidak layak mengharapkan surga, jika masih sombong.
Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita dalam sebuah hadis:
عن عبد الله بن مسعود قال قال
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه والسلام لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى
قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
Dari Abdullah bin Mas’ud RA berkata
:“Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan masuk kedalam surga, seseorang yang
didalam hatinya terdapat kesombongan (takabur) walau seberat biji sawi.”( H.R. Muslim )
2. Thawaf, mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali.
Pesan moral dari tawaf adalah kita harus senantiasa ingat kepada Allah SWT.
Tujuh hari dalam sepekan kita tidak boleh jauh dari Allah, kita harus selalu
merasa dekat dengan Allah, merasa selalu diawasi oleh Allah SWT. Maka
jadikanlah semua aktivitas kita sehari- hari harus bernilai ibadah disisi
Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Tidak semata-mata aku
(Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah (beribadah) kepadaku."(
Q.S. Adz-Dzariyaat: 56 )
3.
Sa’i ( lari-lari kecil
dari Shafa ke Marwah.sebanyak tujuh kali).
Pesan moral pada sa’i adalah kerja keras pantang menyerah,
sebagaimana dicontohkan oleh Siti Hajar ibunda Nabi Ismail AS. Kita harus
selalu kerja keras dan optimis dalam kehidupan ini. Tidak ada keberhasilan dan
kesuksesan yang diraih dengan bermalas-malasan. Umat Islam harus giat , bekerja
keras dan pantang menyerah. Alloh SWT berfirman:
إِنَّ
اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
mengubah apa apa yang pada diri mereka ”( Q.S
Ar- Ra’d:11 ).
4. Wukuf
di Arafah
Wuquf dalam
bahasa Arab berasal dari kata waqafa yang bermakna ‘berhenti,
berdiri, bimbang & ragu-ragu, memahami, dan mengerti’. Sehingga
makna kata wuquf itu memang merupakan perpaduan antara proses
kebimbangan, keraguan, sampai benar-benar memperoleh kepahaman secara
substansial terhadap suatu masalah. Dan semua itu akan sangat baik jika dilakukan
dengan berhenti dari aktivitas sejenak agar bisa menjadi lebih focus, tenang
dan tidak tergesa-gesa.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
التَّأَنيِّ مِنَ
اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
Sifat
perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa
itu berasal dari setan.” (H.R. Baihaqi )
Kenapa wukuf ini menjadi penting? Karena,
ternyata banyak diantara kita yang seringkali membuat keputusan secara
tergesa-gesa, tanpa memahami masalahnya dengan baik. Ini adalah tipikal orang
yang tidak sabaran. Sebuah akhlak yang sangat tidak dianjurkan oleh Islam,
karena akan berujung pada penyesalan di belakang hari. Allah memberikan stressing
dan motivasi yang sangat kuat kepada kita untuk senantiasa bersabar, seperti
dalam firman-Nya:
وَٱللَّهُ يُحِبُّ
ٱلصَّٰبِرِينَ……
…. Allah menyukai orang-orang
yang sabar. ( Q.S. Ali Imran:146 )
Namun demikian, tak jarang hasil wukuf
memperoleh hambatan saat diimplementasikan. Terutama jika kepentingan egoistik
terlalu dominan. Disinilah setan menunggangi ego kita untuk menggagalkan
petunjuk yang kita peroleh saat wukuf. Kejernihan spiritual yang sudah
terbentuk bisa menjadi kabur kembali, jika kita menuruti ego pribadi.
5. Melontar
Jamarat
Melempar setan, yakni, mengusir sifat-sifat
setan yang menjurus kepada kepentingan sempit dan egois. Yang benar adalah,
harus bersifat spiritual sekaligus social. ( KI 1 dan KI 2 dalam Kurikulum 2013
). Tidak menjadi manusia yang egois dan mementingkan diri sendiri. Nabi
bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ
يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ
“Sesungguhnya setan menyusup
dalam diri manusia melalui aliran darah. (HR. Bukhari )
6. Tahallul ( mencukur
rambut )
Esensi dari Tahallul adalah
membersihkan dari kotoran yang ada di kepala kita. Untuk itu umat Islam apapun
profesinya agar fikirannya selalu bersih, jauh dari sifat egois. Setelah
berhajki diharapkan kita menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain Nabi
bersabda:
أحب
الناس إلى الله أنفعهم للناس
(HR. Thabrani)
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat
bermanfaat. Wallahu a’lam
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar