Minggu, 08 Maret 2015

KULTUM 3: MARI BERHAJI WALAU BELUM KE TANAH SUCI



MARI BERHAJI  WALAU BELUM KE TANAH SUCI
                         ( Pesan Moral Pasca Ibadah Haji )
                         Oleh: Drs. H. Musthofiq, MA
A.    Mengapa Orang Enggan Berhaji
1.      Belum berhaji karena belum punya mobil
Setiap umat Islam seharusnya mempunyai himmah ( keinginan ) yang kuat melaksanakan semua rukun Islam, termasuk di dalamnya ibadah haji. Namun banyak diantara mereka yang belum memikirkan hal itu dengan berbagai  alasan. Bagi yang kurang mampu dengan alasan belum punya dana yang cukup. Belum mempunyai rumah yang bagus atau belum mempunyai kendaraan mobil. Padahal untuk berniat haji atau tepatnya berazam untuk haji tidak perlu biaya alias gratis.
Apalagi Allah SWT. Maha Kaya, jika kita sudah mempunyai azam yang kuat insya Allah Allah akan menolong hamba-Nya yang bersungguh-sungguh ingin bertamu ke rumahnya dengan melaksanakan ibadah haji. Sebagai contoh ada Mbah Temu dari Kudus seorang tukang pijat di kampung, karena keinginannya yang kuat dan kesungguhannya ia mampu melaksanakan ibadah haji tahun ini setelah menabung selama 15 tahun dan banyak contoh yang lainnya.
Allah SWT mewajibkan hamba-Nya yang mampu untuk berhaji sebagaimana dalam firman-Nya:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.( Q.S. Ali Imran:97)

2.      Belum berhaji karena belum mendapat panggilan.          
Bagi mereka yang kaya dan banyak harta ada yang belum melaksanakan ibadah haji dengan alasan belum mendapat panggilan dari Allah. Padahal Allah sudah memanggil mereka umat manusia untuk melaksanakan ibadah haji sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an
وَأَذِّنْ فِي النَّـاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيـقٍ
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,” (QS. Al-Hajj : 27)

Jadi mereka sudah dipanggil oleh Allah hanya saja mereka tidak peduli dengan panggilan itu atau mereka pura- pura tidak mendengarnya. Memang diantara mereka ada yang sudah melaksanakan umrah, bahkan ada yang berkali-kali, ada juga yang melaksanakan umrah di bulan Ramadhan.

3. Umrah Ramadhan  sama seperti Ibadah Haji.
Melaksanakan umrah di Bulan suci Ramadhan memang sangat dianjurkan oleh Nabi, bahkan pahalanya seperti melaksanakan ibadah haji. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis:
فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ حَجَّةٌ
Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji.(H.R. Bukhari ).
Imam Nawawi rahimahullah dalam syarah Shahih Muslim menjelaskan bahwa,  umrah di bulan Ramadhan mendapati pahala seperti pahala haji. Namun bukan berarti umrah Ramadhan sama dengan haji secara keseluruhan. Sehingga jika seseorang punya kewajiban haji, lalu ia berumrah di bulan Ramadhan, maka umrah tersebut tidak bisa menggantikan haji tadi.” (Syarh Shahih Muslim, 9:2)
Mengapa demikian ? karena yang termasuk rukun Islam adalah berhaji ke Baitullah bukan berumrah, atau berumrah di bulan Ramadhan sebagimana dijelaskan dalam hadis:

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Didirikan islam atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan puasa Ramadhan. ( H.R.  Bukhari )

B.     Bersegera melaksanakan Ibadah haji
Karena ibadah haji banyak menggunakan fisik, maka sebaiknya ibadah haji dikerjakan selagi fisik masih kuat, atau masih muda.  Nabi memerintahkan kita umat Islam untuk bersegera melaksanakan sebagaimana sabdanya:

تَعَجَّلُوا إِلَى الْحَجِّ يَعْنِي الْفَرِيضَةَ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَا يَدْرِي مَا يَعْرِضُ لَهُ
Bersegeralah kalian menunaikan ibadah haji, karena sesungguhnya seseorang diantara kamu tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. ( H.R Ahmad )
            Alangkah bijaknya jika setiap ummat Islam  merencakan melaksanakan ibadah haji ini dengan baik, sehingga dapat melaksanakan ibadah haji tidak pada usia tuanya. Apalagi pada saat ini  waiting list  ( daftar tunggu ) bisa mencapai 10 tahun bahkan lebih. Bila kita mendaftar sekarang pada usia 45 tahun misalnya , maka pada usia 55 tahun baru bisa berhaji atau menjelang pensiun. Pertanyaannya adakah jaminan usia kita sampai ? walluhua’lam. Maka kata kuncinya bersegeralah untuk mendaftar dan jangan ditunda-tunda dengan berbagai alasan, sebab seribu satu alasan bisa dibuat.

C. Ancaman bagi yang tidak mau berhaji
Alloh telah memanggil untuk berhaji, Nabi sudah menyuruh untuk bersegera melaksanakan ibadah haji. Maka bagi mereka yang enggan melaksanakan perintah ini diancam mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani. Sebagaimana dijelaskan Ibnu Katsir ketika menjelaskan tafsir ayat  97 Surat Ali Imran,  Ibnu Katsir membawakan keterangan dari Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu,
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: مَنْ أَطَاقَ الْحَجَّ فَلَمْ يَحُجَّ، فَسَوَاءٌ عَلَيْهِ يَهُودِيًّا مَاتَ أَوْ نَصْرَانِيًّا، وَهَذَا إِسْنَادٌ صَحِيحٌ إِلَى عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Bahwa Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu mengatakan, ‘Siapa yang mampu haji dan dia tidak berangkat haji, sama saja, dia mau mati yahudi atau mati nasrani.’Komentar Ibnu Katsir, ‘Riwayat ini sanadnya shahih sampai ke Umar radhiyallahu ‘anhu.’
Kemudian diriwayatkan oleh Said bin Manshur dalam sunannya, dari Hasan al-Bashri, bahwa Umar bin Khatab mengatakan,
لَقَدْ هَمَمْتُ أَنَّ أَبْعَثَ رِجَالًا إِلَى هَذِهِ الْأَمْصَارِ فَيَنْظُرُوا كُلَّ مَنْ كَانَ لَهُ جَدَّةٌ فَلَمْ يَحُجَّ، فَيَضْرِبُوا عَلَيْهِمُ الْجِزْيَةَ مَا هُمْ بمسلمين، ما هم بمسلمين
Saya bertekad untuk mengutus beberapa orang ke berbagai penjuru negeri ini, untuk memeriksa siapa diantara mereka yang memiliki harta, namun dia tidak berhaji, kemudian mereka diwajibkan membayar fidyah. Mereka bukan bagian dari kaum muslimin.. mereka bukan bagian dari kaum muslimin. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/85)


D. Pesan Moral Pasca Ibadah Haji

Melalui tulisan ini penulis berharap bagi yang sudah pergi haji untuk senantiasa mengaplikasikan pesan moral dalam ibadah haji . Bagi yang belum berhaji berusahalah dengan sungguh-sungguh agar dapat segera berhaji. Walaupun belum berhaji amalkanlah pesan moral ibadah haji sebagai berikut:
1.   Ibadah haji dimulai dengan niat dan memakai pakaian ihram.
Pakaian ihram bagi laki-laki adalah dua lembar kain yang tidak berjahit. Ini melambangkan kesederhanaan dan kehinaan, dengan pakaian manusia akan terlihat status social, bahkan pangkat dan jabatannya seperti dalam kemiliteran. Melalui pakaian ihram ini manusia dididik untuk tidak boleh sombong. Apa sih yang pantas kita sombongkan, kekayaan, kepandaian, kecantikan? Semua itu adalah pemberian dari Allah semata. Iblis laklanullah alaihi yang sudah tinggal di surga, karena sombong diusir dari surge. Apalagi kita yang masih di dunia sangat tidak layak mengharapkan surga, jika masih sombong. Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita dalam sebuah hadis:
عن عبد الله بن مسعود قال قال رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه والسلام لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
Dari Abdullah bin Mas’ud RA berkata :“Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan masuk kedalam surga, seseorang yang didalam hatinya terdapat kesombongan (takabur) walau seberat biji sawi.”(  H.R. Muslim )

2.      Thawaf, mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali.
Pesan moral dari tawaf adalah  kita harus senantiasa ingat kepada Allah SWT. Tujuh hari dalam sepekan kita tidak boleh jauh dari Allah, kita harus selalu merasa dekat dengan Allah, merasa selalu diawasi oleh Allah SWT. Maka jadikanlah semua aktivitas kita sehari- hari harus bernilai ibadah disisi Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:

 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

 Tidak semata-mata aku (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah (beribadah) kepadaku."( Q.S. Adz-Dzariyaat: 56 )
3.            Sa’i  ( lari-lari kecil dari Shafa ke Marwah.sebanyak tujuh kali). 
Pesan moral pada sa’i adalah kerja keras pantang menyerah, sebagaimana dicontohkan oleh Siti Hajar ibunda Nabi Ismail AS. Kita harus selalu kerja keras dan optimis dalam kehidupan ini. Tidak ada keberhasilan dan kesuksesan yang diraih dengan bermalas-malasan. Umat Islam harus giat , bekerja keras dan pantang menyerah. Alloh SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
 Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”( Q.S  Ar- Ra’d:11 ).

4.  Wukuf di Arafah
Wuquf dalam bahasa Arab berasal dari kata waqafa yang bermakna ‘berhenti, berdiri, bimbang & ragu-ragu, memahami, dan mengerti’. Sehingga makna kata wuquf itu memang merupakan perpaduan antara proses kebimbangan, keraguan, sampai benar-benar memperoleh kepahaman secara substansial terhadap suatu masalah. Dan semua itu akan sangat baik jika dilakukan dengan berhenti dari aktivitas sejenak agar bisa menjadi lebih focus, tenang dan  tidak tergesa-gesa.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (H.R. Baihaqi )

Kenapa wukuf ini menjadi penting? Karena, ternyata banyak diantara kita yang seringkali membuat keputusan secara tergesa-gesa, tanpa memahami masalahnya dengan baik. Ini adalah tipikal orang yang tidak sabaran. Sebuah akhlak yang sangat tidak dianjurkan oleh Islam, karena akan berujung pada penyesalan di belakang hari. Allah memberikan stressing dan motivasi yang sangat kuat kepada kita untuk senantiasa bersabar, seperti dalam firman-Nya:
  وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلصَّٰبِرِينَ……
….  Allah menyukai orang-orang yang sabar. ( Q.S. Ali Imran:146 )
Namun demikian, tak jarang hasil wukuf memperoleh hambatan saat diimplementasikan. Terutama jika kepentingan egoistik terlalu dominan. Disinilah setan menunggangi ego kita untuk menggagalkan petunjuk yang kita peroleh saat wukuf. Kejernihan spiritual yang sudah terbentuk bisa menjadi kabur kembali, jika kita menuruti ego pribadi.

5. Melontar Jamarat
Melempar setan, yakni, mengusir sifat-sifat setan yang menjurus kepada kepentingan sempit dan egois. Yang benar adalah, harus bersifat spiritual sekaligus social. ( KI 1 dan KI 2 dalam Kurikulum 2013 ). Tidak menjadi manusia yang egois dan mementingkan diri sendiri. Nabi bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ
 Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. (HR. Bukhari )
6. Tahallul ( mencukur rambut )
Esensi dari  Tahallul adalah membersihkan dari kotoran yang ada di kepala kita. Untuk itu umat Islam apapun profesinya agar fikirannya selalu bersih, jauh dari sifat egois. Setelah berhajki diharapkan kita menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain Nabi bersabda:
أحب الناس إلى الله أنفعهم للناس
”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia”
 (HR. Thabrani)

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Wallahu a’lam





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar