Mawar di Pagi Hari | |
Duhai mawar
kuntummu telah mekar
ketika menyambut kehadiran sang fajar
rupa menawan menebar keharuman
indah mempesona
Duhai mawar
kuntummu telah mekar
ketika sang surya memnampakkan diri tuk mengawali hari
mengharum semerbak di seluruh taman
damailah rasa
Duhai mawar
akankah kuntummu tetap mekar
ketika rasa ini mngehendaki di esok hari
ingin mencium keharumanmu lagi
segarlah sepanjang masa
PujanggA
kuntummu telah mekar
ketika menyambut kehadiran sang fajar
rupa menawan menebar keharuman
indah mempesona
Duhai mawar
kuntummu telah mekar
ketika sang surya memnampakkan diri tuk mengawali hari
mengharum semerbak di seluruh taman
damailah rasa
Duhai mawar
akankah kuntummu tetap mekar
ketika rasa ini mngehendaki di esok hari
ingin mencium keharumanmu lagi
segarlah sepanjang masa
PujanggA
KepadaMU Jua | |
Setiap keindahan yang tumbuh bersemi
Subur berbunga dalam hati insani
KepadaMu jua yang hakiki kembali
Setiap kegelisahan di jiwa
Rasa takut dan berputus asa
KepadaMu jua segala pengharapan ditujukan
Setiap kesendirian di malam sepi
Berkawan dengan sunyi
KepadaMu jua segala ingatan yang meramaikan
Setiap kesedihan sebuah luka
Yang diringi tetesan air mata
KepadaMu jua segalanya kan terobati
PujanggA
Subur berbunga dalam hati insani
KepadaMu jua yang hakiki kembali
Setiap kegelisahan di jiwa
Rasa takut dan berputus asa
KepadaMu jua segala pengharapan ditujukan
Setiap kesendirian di malam sepi
Berkawan dengan sunyi
KepadaMu jua segala ingatan yang meramaikan
Setiap kesedihan sebuah luka
Yang diringi tetesan air mata
KepadaMu jua segalanya kan terobati
PujanggA
Kebekuan | |
Di sini.....
Kusaksikan pergantian masa
Surya tenggelam mengundang rembulan
Sahutan ayam terdengar memanggil fajar
Telah mengambil bagian diriku
Di sini.....
Kumengenang hari-hari yang telah berlalu
Membawaku dalam kebekuan jiwa
Di dalam dunia lamunan
Yang terus menyelimuti di setiap waktuku
Di sini.....
Kusaksikan taman mulai berbunga
Kuntum-kuntumnya mulai mekar menebar keharuman
Pepohonannya mulai rindang dan berbuah di setiap cabang
Di sini.....
Aku hanya diam membeku
Tak mampu berbunga dan berbuah
Dalam kebekuan jiwa
Di setiap waktuku
PujanggA
Kusaksikan pergantian masa
Surya tenggelam mengundang rembulan
Sahutan ayam terdengar memanggil fajar
Telah mengambil bagian diriku
Di sini.....
Kumengenang hari-hari yang telah berlalu
Membawaku dalam kebekuan jiwa
Di dalam dunia lamunan
Yang terus menyelimuti di setiap waktuku
Di sini.....
Kusaksikan taman mulai berbunga
Kuntum-kuntumnya mulai mekar menebar keharuman
Pepohonannya mulai rindang dan berbuah di setiap cabang
Di sini.....
Aku hanya diam membeku
Tak mampu berbunga dan berbuah
Dalam kebekuan jiwa
Di setiap waktuku
PujanggA
Hati Tak Bertuan | |
Ayunan kaki melangkah tanpa tujuan
Menyusuri jalan tanpa kepastian
Berlari
Berhenti
Tak menentu
Mata-mata yang hampir buta
Memandang suram
Terbuka
Terpejam
Meski tak mengerti
Lidah-lidah yang hampir kaku
Berkata tanpa ragu
Berucap
Terdiam
Seakan tahu segalanya
Telinga-telinga yang hampir tuli
Mendengar tiap hari
Segala suara
Tanpa batas
Namun tak berbekas
Langkah-langkah tanpa tujuan
Mata-mata yang memandang kegelapan
Lidah-lidah yang beruap tanpa perasaan
Telinga-telinga yang mendengar dalam ketulian
Dari hati tak bertuan
PujanggA
Genderang | |
Dari benih yang terlahir
keserakahan itu pun hadir
menyelimuti dunia yang memang sudah renta
hingga tak mampu lagi membendung dan mencegah
penindasan kepada yang lemah
Di setiap detik terus bergema
jerit kematian
tangis pedih kehilangan
Di setiap detik terus mengalir
tetesan air mata
darah mereka yang tak berdosa
Di setiap detik terlihat
tubuh-tubuh tergeletak
tak bernyawa tak bergerak
Nafsu bahimiyah
tak tercegah
D u s t u r | |
Kutemukan ......
sebuah nama dalam keagungan
berselimut kekuatan
memancarkan kekuasaan
dipuji
diabdi
Kulihat .....
aneka bentuk terangkai rupa
terhimpun
tersusun
bersurat arti
bersirat makna
Kubaca .....
segala misal perumpamaan
pengajaran
teguran
yang mengingatkan
hati insan yang penuh kekhilafan
Kudapatkan .....
di setiap lembar halaman
pedoman
aturan
peta penunjuk jalan
bagi langkah kaki dalam menapak kehidupan
Kudengarkan .....
kisah yang diceritakan
berita yang dikabarkan
tentang kebahagiaan
tentang kepedihan
dari janji adil pembalasan
PujanggA
D o a | |
Dalam do'a
Seribu harap terus kuucap
Seribu pinta kurangkai kata
Dalam do'a
Kupasrah bukan menyerah
Kutinggal bersama tawakkal
Kuserahkan yang terjadi pasti
Setiap kehendak dari Ilahi
Dalam do'a
Kutumpahkan segala hina diri
Demi kasih murni sejati
Dalam do'a
PujanggA
Duri dalam Diri | |
Sengaja tanpa sengaja
kulukai
kusakiti
kumencaci
orang dan diri
melupakan
melupakan diri dari karuania Ilahi
Dengan segala tipu daya
menutupi kebusukan jiwa
diri dalam nista
bersama dosa
kuterhina
dan tercela
oleh orang dan diri
Kutersesat
dalam malam pekat
melangkah dalam gulita
gelap tak berksudahan
Kuberjalan
saat terlena
kulakukan
yang kusalahkan
Belenggu hati
dalam mimpi
yang tak terbangunkan
PujanggA
Dirajai Malam | |
Sepertiga malam terakhir mulai bergulir
Kerlip tasbih gemintang di angkasa malam tetap berkumandang
Zikir cahya rembulan seakan tak ada penghabisan
Puja-puji serangga malam tiada pernah tenggelam
Membahana di semesta angkasa
Tiap sepertiga malam kulalui dengan terpejam
Berbaring mengukur berapa panjang tempat kutidur
Dihibur nyanyi kidung alam mimpi
Yang akan pergi bila kubangkit berdiri
Sepertiga malam terakhir terus bergulir
Kamarku kian gersang dengan lantainya yang sudah usang
Di sudut ruang dengan cahaya remang
Terbentang sajadah tempat kuberserah
Menghiba diri kepangkuan Ilahi
Namun tak kuasa diri ini menggapainya
Tiap sepertiga malam kulalui dengan terpejam
Di alam mimpi dari dunia tak bertepi
Yang membelenggu hingga dikekang nafsu
Karena diriku dirajai malam bukan merajai malam
PujanggA
D e b u | |
Setiap langkah kakiku
Melewati jalan berdebu
Yang tertiup angin
Dan melekat
Di kakiku, di tanganku, di tubuhku
Setiap pandangan mataku
Menatap alam berdebu
Yang mengelilingi tubuhku
Dan mengotori
Rambutku, kulitku, pakaianku
Setiap perjalanan waktuku
Dipenuhi masa berdebu
Yang datang
Melekat
Dan tak hilang
PujanggA
Dari dalam Dirimu | |
Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
lukislah sebuah senyuman di bibirmu
karena itu indah
bak mentari pagi yang memberikan keceriaan hari
laksana langit senja yang pamit menghdirkan ketenangan angkasa dengan bulan dan gemintang
bagi yang memandang
Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
rangkailah kata bijak di setiap kalimatmu
karena itu indah
seperti nyanyian burung yang berterbangan di sela dahan
bagaikan kidung serangga pengisi taman malam
bagi yang mendengar
Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
eratkanlah sesama di hatimu
karena itu indah
bak tali pemersatu
laksana titian penghubung
bagi sebuah ukhuwah
Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
bacalah bentangan semesta raya
karena itu indah
ketika deru ombak berpadu dengan awan berarak
di saat alam bersatu dari kemajemukan raga
bagi yang berpikir
Dari dalam dirimu
bila kau mau dan mampu
satukanlah niat dan kata dalam nyata
karena itu indah
bila lisan sejalan hati
jika hati seiring perbuatan
bagi yang merasa
PujanggA
C e r m i n | |
Di depan cermin kuberkaca
kulihat sesosok tubuh berdiri tanpa suara
matanya memandang hina
menatapku penuh cela
senyum tipis di bibirnya hampir sirna
berhias seribu cerca
Terbersit sebuah rasa di hati
tentang kekufuran diri
tentang syukurku yang telah pergi
Di depan cermin kuberkaca
kulihat sesosok tubuh berdiri tanpa suara
matanya memandang penuh puja
menatapku penuh makna
senyum tipis di bibirnyaseakan berkata
kau sangat sempurna
Terbersit sebuah rasa di hati
tentang kesombongan yang singgah di dalam diri
tentang keangkuhan tanpa kesadaran nurani
PujanggA
Bumi pun Bicara | |
Bila tiba masanya
bumi pun akan bicara
Di punggungku engkau berlari
ke dalam perutku engkau kembali
Di atasku engkau berjalan dalam kesenangan
di perutku engkau jatuh dalam kesusahan
Di punggungku engkau tertawa
di perutku engkau berduka
Di atasku engkau makan yang diharamkan
di perutku engkau menjadi santapan
Bila tiba waktunya
bumi pun akan bicara
Di punggungku engkau berjalan dalam kesombongan
di perutku engkau dihinakan
Di atasku engkau dalam kebersamaan
di perutku engkau dalam kesendirian
Di punggungku engkau bermandikan cahaya
di perutku engkau dalam gulita
Di atasku engkau durhaka
di dalam perutku engkau tersiksa
PujanggA
Bila Tiba Waktu Berpisah | |
Di bawah naungan langit biru dengan segala
hiasannya yang indah tiada tara
Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang
Masih kudapatkan dan kurasakan
Curahan rahmat dan berbagai ni'mat
Yang kerap Kau berikan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Pantaskah kumemohon diri
Tanpa setetes syukur di samudera rahmat-Mu
Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah sahabatku
Di malah hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai
Masih kudapatkan dan kurasakan
Keramaian suasana dan ketenangan jiwa
Tapi bila tiba waktu berpisah
Akankah kupergi seorang diri
Tanpa bayang-bayang mereka yang akan menemani
Ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu yang selalu mengotori tubuhku
Ketika kuisi masa-masa yang ada dengan segala sesuatu yang tiada arti
Masih bisa kumenghibur diri
Tubuhku kan bersih dan esok kan lebih baik
Tanpa sebersit keraguan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Masih adakah kesempatan bagiku
Tuk membersihkan jiwa dan hatiku
Setiap kegagalan yang membawa kekecewaan
Setiap kenyataan yang menghadirkan penyesalan
Masih kudengar dan kurasakan
Suara-suara yang menghibur
Tuk menghapus setiap kecewa dan sesal
Tapi bila tiba waktu berpisah
Adakah yang akan menghiburku
Akankah aku pergi tanpa kekecewaan dan penyesalan
Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang
Masih kudapatkan dan kurasakan
Curahan rahmat dan berbagai ni'mat
Yang kerap Kau berikan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Pantaskah kumemohon diri
Tanpa setetes syukur di samudera rahmat-Mu
Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah sahabatku
Di malah hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai
Masih kudapatkan dan kurasakan
Keramaian suasana dan ketenangan jiwa
Tapi bila tiba waktu berpisah
Akankah kupergi seorang diri
Tanpa bayang-bayang mereka yang akan menemani
Ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu yang selalu mengotori tubuhku
Ketika kuisi masa-masa yang ada dengan segala sesuatu yang tiada arti
Masih bisa kumenghibur diri
Tubuhku kan bersih dan esok kan lebih baik
Tanpa sebersit keraguan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Masih adakah kesempatan bagiku
Tuk membersihkan jiwa dan hatiku
Setiap kegagalan yang membawa kekecewaan
Setiap kenyataan yang menghadirkan penyesalan
Masih kudengar dan kurasakan
Suara-suara yang menghibur
Tuk menghapus setiap kecewa dan sesal
Tapi bila tiba waktu berpisah
Adakah yang akan menghiburku
Akankah aku pergi tanpa kekecewaan dan penyesalan
PujanggA
PujanggA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar