Senin, 14 Maret 2016

KISAH ISLAMY

5 kekuatan ajaib Kunci menggapai kesuksesan dunia dan akhirat
Ada lima kekuatan ajaib dalam kehidupan ini yang dapat mengantarkan ummat Islam pada kesuksesan dunia dan kesuksesan akhirat. Lima hal yang terlupakan, yang sebenarnya sudah ada rumusnya dalam ajaran agama Islam. Kelima rumus tersebur adalah Syukur, Ikhlas, Sabar, Istiqomah, dan Khusnuzan.Jika lima ajaran ini dapat dipraktekan dengan benar, maka pintu kesuksesan dan kebahagiaan akan terbuka.
1.    Kekuatan Istiqamah
Mengapa Istiqamah?
Allah swt. Berfirman : ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:”Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka (beristiqamah) meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: ”Janganlah kamu takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Fushshilat:30)
Banyak kaum muslimin dewasa ini yang hanya berhenti pada larik pertama ayat ini : ”Tuhan kami ialah Allah” dan menyatakan pengakuan dengan bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah dan Muhammad saw adalah Rasul utusan Allah swt.
Namun kita jauh dari larik kedua : ”Kemudian mereka beristiqamah meneguhkan pendirian mereka”, padahal Allah swt telah berjanji-dan janjiNya pasti benar dan tepat adanya bahwa jika kita istiqamah, maka malaikat akan turun menghampiri kita sembari menghibur kita, ”Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Kesedihan dan ketakutan jauh dari orang-orang yang istiqamah. Mereka selalu riang dengan hadiah surga yang dijanjikan dan menikmati kucuran rezeki yang tiada habisnya, sebagaimana janji Allah swt. ”Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu, benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar. Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya kedalam azab yang amat berat.” (QS Jin:16-17)
Dari sinilah muncul istilah populer :
Istiqaamatu khairu min alfi karomah
”Istiqamah lebih baik daripada seribu karomah.”
Bagaimana cara Istiqamah?
Satu-satunya cara ideal dalam hal ini adalah meneladani laku Rasulullah saw sebagai teladan bagi umatnya, sebab beliaulah orang pertama yang menempuh jalur lurus istiqamah.
Firman Allah swt. ”Maka tetap (istiqamahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (QS Hud:112).
Tidak hanya berhenti disitu, namun Allah swt. melanjutkan titahnya: ”dan orang yang telah taubat beserta kamu.”
Jalur istiqamah bertentangan dengan jalur thughyan (penyimpangan), sebagaimana  lanjutan titah yang menjadi penutup ayat: ”dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Allah swt. sekali lagi menegaskan hal tersebut kepada RasulNya dengan firman: ”Maka karena itu serulah dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (QS Asy-Syura : 15).
Perintah ini diikuti dengan perintah untuk menjaga konsistensi, istiqamah.
”Katakanlah: ”Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukanNya.” (QS Fushshilat : 6).
1.    ISTIQAMAH DALAM HATI
(1) Kekuatan Niat
Diriwayatkan dari Ibnu’Abbas ra, dari Rasulullah saw sebagaimana yang diriwayatkannya dari Tuhannya Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi, Rasulullah saw bersabda :
”Sesungguhnya Allah menulis amal-amal kebajikan dan amal-amal keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut; bahwa barangsiapa yang berniat ingin melakukan suatu kebajikan, lalu ia urung melaksanakannya, maka Allah telah mencatatnya sebagai satu kebaikan penuh disisi-Nya, dan barangsiapa yang berniat ingin melakukan dan benar-benar melaksanakannya, maka Allah azza wa jalla mencatatnya disisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat. Sementara jika ia berniat melakukan suatu keburukan (kejahatan), lalu urung menjalankannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan penuh di sisi-Nya, dan jika ia berniat melakukannya dan benar-benar menjalankannya, maka Allah hanya mencatatnya sebagai satu keburukan.” (HR.Bukhari Muslim)
Niat adalah pangkal amal. Karenanya, banyak kitab hadis yang membuka lembarannya dengan hadis populer yang dinyatakan mutawatir oleh sebagian imam hadis :
Innamaa a’malu binnayyati wa innamaa imriimaanawa famankaanat hijratuhu ilallahi warusulihi fahijratuhu ilallahi warusulihi famankaanat hijratuhu ila dunya yusiibuhaa aw imraatiyyatazawwajuhaa fahijratuhu ila maa hajara ilaihi
Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung niat, dan sesungguhnya setiap orang memperoleh apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang berhijrah demi Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya demi Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah demi memperoleh harta atau demi mengawini seorang wanita, maka hijrahnya demi apa yang ia hijrahi.”
Hadis ini mengingatkan setiap mukmin untuk sebisa mungkin berniat melakukan kebaikan di setiap waktu, sebab niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya. Jika bisa mengelola dengan baik, kita bisa mengeruk banyak sekali pahala dari niat kita, sebab bagaimanapun kemampuan kita melakukan amal kebaikan terbatas oleh ketersediaan waktu, kemampuan finansial, dan hal-hal teknis lainnya. Oleh karena itu, kita musti menata hati dengan niat-niat yang baik, dan jika menemukan tendensi pada selain Allah dalam niatnya, maka kita musti cepat-cepat meluruskannya.
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiyallahu anhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda :
”Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. (HR.Bukhari Muslim).
Ini adalah konsep sukses luar biasa. Bagaimana agar niat membawa hasil? Hadits ini memang sedang berbicara keikhlasan. Namun makna hadis ini begitu luas, bisa diaplikasikan dalam bidang kehidupan lainnya. Sebagai contoh saat sahabat Nabi saw, Abdurrahman bin’ Auf, berniat akan mendapatkan rezeki dan pergi kepasar, maka beliau pulang dengan membawa rezeki yang berlimpah.
Orang sukses selalu meniatkan hasil yang besar. Dia tidak suka bertransaksi untuk hasil yang sedikit. Inilah konsep yang disebut dengan berpikir besar. Niatkanlah hasil yang besar maka anda akan mendapatkan sesuatu yang besar dan menjadi orang yang besar. Jangan membatasi diri sendiri, sebab bisa jadi batas yang anda tetapkan terlalu kecil dibanding potensi anda sebenarnya.
Niat tidak akan membawa hasil jika ada penghalang niat tersebut. Apa saja yang dapat menghalangi niat?
1. Tidak khusyu’
Seringkali orang berniat hanya di mulut saja. Niat tempatnya dihati, di pikiran kita paling dalam. Jadi saat anda berniat cobalah benar-benar serius sampai menghujam ke dalam hati sanubari anda.
2. Melupakan niat
Jika anda lupa dengan niat anda, artinya anda tidak serius dengan niat anda. Jika tidak serius, bagaimana anda bisa mendapatkan apa yang anda niatkan. Dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas sesuai dengan apa yang dia niatkan. Salah seorang ulama mengatakan bahwa kita akan mendapatkan sesuai dengan kadar niat kita.
3. Keraguan
Bagaimana kita akan mendapatkan apa yang kita niatkan jika kita ragu? Abdurrahman bin ’Auf pergi ke pasar diiringi niat yang mantap.
Lalu bagaimana agar niat membawa hasil sesuai dengan yang diniatkan?
1.Kejelasan niat.
Anda mau apa? Kejelasan niat sangat penting, sebab jika tidak jelas, anda juga tidak akan mendapatkan kejelasan bagaimana meraih niat tersebut. Jika anda mencari nafkah, niatkanlah sebagai ibadah dan niatkan pula untuk mendapatkan rezeki yang berkah. Berkah artinya membesar dan terus mengalir (seperti mata air).
2. Visualisasikan niat anda
Ini untuk menguji kejelasan niat anda dan mengkomunikasikan niat anda dengan semesta, pikiran bawah sadar, dan tubuh.
3. Berdo’alah
Untuk mendapatkan niat tersebut dengan penuh keyakinan. Siapa yang berdo’a dengan yakin, maka Allah akan mengabulkan do’anya.
4. Bertawakallah kepada Allah
Anda sudah punya niat, anda sudah berdo’a maka selanjutnya anda bertawakal kepada Allah agar anda diberi petunjuk, dibantu oleh Allah dengan menampakkan apa saja yang kita perlukan, mendekatkan kita dengan orang yang akan membantu kita, memperlihatkan peluang dihadapan kita, dan mengalihkan ide brilian di kepala kita.
5. Bertindaklah dengan cepat dan dengan penuh determinasi
Pernahkah anda mempunyai ide tetapi didahului oleh orang lain? Karena mereka bertindak lebih cepat dan penuh determinasi dalam mewujudkan ide mereka yang kebetulan sama dengan anda. Oleh karena itu, saat anda memiliki ide, peluang begitu terbuka, sumber daya menghampiri anda, bertindaklah dan terus bertindak dengan kecepatan tinggi. Anda tidak perlu mengetahui rencana ke depan secara detil dan lengkap. Jika anda tahu apa yang harus anda lakukan sekarang, maka lakukanlah, itu sudah cukup. Anda akan mendapatkan petunjuk lagi setahap demi setahap.
Niat dalam bahasa populer adalah visi, atau lebih tepatnya adalah keinginan.
Muhammad Ali mengatakan bahwa sang juara dihasilkan dari keinginannya yang mendalam
(kuat),
Dennis Waitley mengatakan bahwa pemenang selalu akan mengatakan ”saya akan” dan ”saya bisa”.
Niat itu pekerjaan pikiran. Memang tidak nyata tetapi akan membawa dampak yang luar biasa bagi kehidupan anda jika di pikiran anda sudah terkondisikan seperti yang dijelaskan diatas.
Kita sudah diberitahu oleh Rasulullah saw sejak 15 abad yang lalu. Namun sayang banyak diantara kita yang melupakan kekuatan niat untuk sukses di dunia. Marilah kita manfaatkan kekuatan niat untuk meraih kebaikan di dunia dan di akhirat serta terbebas dari api neraka.
Hubungan Niat dan Ikhlas
Allah swt berfirman :
”Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS Huud : 15-16)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallahu ’alaihi wasallam bersabda :
Sesungguhnya orang yang pertama kali diputuskan perkaranya di hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid di jalan Allah, maka dia didatangkan, dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya di dunia, lalu ia mengenalinya, maka Allah berkata kepadanya: apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat ini? Maka orang ini menjawab: aku berperang di jalan-Mu sampai mati syahid, maka Allah berkata: kamu berdusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan bahwa kamu adalah seorang pemberani, dan yang sedemikian itu telah diucapkan (kamu telah dipuji-puji sebagai imbalan apa yang telah kamu niatkan) maka diperintahkan supaya dia diseret diatas mukanya sampai dilemparkan di api neraka, dan seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan menghapal al-Qur’an, lalu ia didatangkan dan diperkenalkan kepadanya segala nikmat yang telah dikaruniakan kepadanya di dunia, maka diapun mengenalinya, maka dikatakan kepadanya: apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat ini? Maka dia menjawab: aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, dan membaca al-Qur’an untuk-Mu. Maka Allah berkata: kamu berdusta, kamu belajar dengan tujuan agar engkau seorang alim, dan engkau membaca/menghapal al-Qur’an supaya dibilang engkau seorang penghapal/pembaca al-Qur’an yang baik, dan semua itu sudah dikatakan (kamu telah mendapatkan pujian yang kamu harapkan sebagai imbalan niatmu) lalu diperintahkan agar dia diseret diatas mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka, dan seseorang yang Allah berikan kepadanya keluasan rizki dan diberikan kepadanya segala macam harta, lalu dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya dan dia mengenalinya, maka Allah berkata kepadanya: apa yang kamu kerjakan dengan nikmat ini? Maka dia menjawab: aku membelanjakan harta itu dijalan Allah, maka Allah berkata: kamu berdusta, akan tetapi kamu melakukan itu agar kamu dibilang bahwa kamu adalah seorang dermawan dan yang sedemikian itu telah dikatakan (kamu telah mendapat pujian tersebut di dunia sebagai imbalan dari niatmu itu) lalu diperintahkan agar dia diseret di atas mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka. (HR.Muslim)
power of istiqomah


















Tiga Kunci Utama Raih Kesuksesan dan Kebahagiaan

Senin, 26 Mei 2014 - 12:02 WIB
Yang menyebabkan umat Islam belum mampu unggul atas umat lain, karena umat Islam sendiri belum sungguh-sungguh dalam mengamalkan ajaran Islam secara kaffah

 

SIAPA manusia yang lahir ke dunia ini yang tidak ingin sukses, semua pasti sangat menginginkannya. Tetapi, faktanya kenapa banyak orang gagal?
Semua itu bukan karena mereka tidak pintar, tidak punya kesempatan atau tidak kaya. Yang terjadi adalah mereka tidak memegang kunci utama untuk sukses dalam belajar dan berkarya di masyarakat.
Jika dikatakan bahwa setiap pintu ada kuncinya, demikian pula halnya dengan setiap urusan, termasuk urusan kesuksesan. Semua ada kuncinya. Lantas apa kunci utama untuk sukses itu?
Jika mengacu pada apa yang Allah sampaikan di dalam Al-Qur’an, maka setidaknya ada tiga kunci utama untuk meraih sukses belajar dan berkarya di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Membaca
Bagaimana seorang Muslim akan bisa memegang kunci utama sukses bila ia sendiri tidak mengetahui apa itu kunci utama. Dalam konteks ini maka membaca sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Apalagi, secara historis ayat pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alayhi wasallam adalah perintah tentang membaca. Dengan kata lain, idealnya setiap Muslim itu minimal memiliki kecintaan atau tradisi membaca.
Hal ini telah dicontohkan oleh generasi sahabat dan ulama salafus-shalih. Utamanya dalam membaca Al-Qur’an. Para sahabat bahkan tidak sekedar membaca tetapi sangat antusias mengamalkan bacaan Al-Qur’annya, sehingga wajar jika mereka tidak pernah dilanda kegalauan dan kebingungan.
Dari generasi ulama terdahulu kita bisa lihat dari apa yang diteladankan oleh Imam Syafi’i. Kita bisa bayangkan, dalam usia 7 tahun sudah bisa hafal Al-Qur’an dan pada usia 9 tahun sudah bisa menghafal sebuah buku yang ditulis Imam Malik.
Hal ini menjadi satu bukti kuat bahwa membaca adalah kunci utama untuk sukses belajar dan berkarya di masyarakat. Dan, hasilnya pun bisa terbukti, kala dewasa Imam Syafi’i tidak saja mampu menulis kitab yang dibutuhkan zamannya tetapi juga menjawab tantangan kaum orientalis yang hendak mengobrak-abrik tatanan keilmuan Islam di bidang fiqh dan usul fiqh.
Jadi, mulai sekarang canangkan semangat untuk gemar membaca, utamanya membaca Al-Qur’an, Hadits, Sejarah Nabi serta sahabat, dan buku-buku yang bermanfaat dalam membangun semangat kita untuk menjadi Muslim yang bermanfaat dalam kehidupan ini. Karena membaca adalah salah satu kunci utama untuk sukses belajar dan berkarya di masyarakat.
Jika kita memang benar-benar mengikuti sunnah Nabi Muhammad dan berpegang di atas prinsi ahlussunnah wal jama’ah sudah semestinya kita mengisi hari-hari kita dengan senantiasa gemar membaca.
Bersungguh-sungguh
Setelah membaca, kita mesti bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah agama. Mulai dari yang bersifat wajib, sunnah atau pun hal-hal tertentu yang bisa meningkatkan kualitas diri kita sebagai Muslim yang bertakwa.
Kata bijak mengatakan, “Setiap manusia berangkat dari titik yang sama, dan yang membedakan hasil dan posisi nantinya adalah tingkat kesungguhannya.”
Seperti kita ketahui, yang menjadikan pribadi sahabat di zaman Nabi unggul bukan karena mereka cerdas atau lengkap fasilitas, tetapi karena mereka bersungguh-sungguh menjalankan ajaran Islam secara kaffah.
Sebaliknya hari ini, yang menyebabkan umat Islam belum mampu unggul atas umat lain, karena umat Islam sendiri belum sungguh-sungguh dalam mengamalkan ajaran Islam secara kaffah. Baik dalam konteks individu maupun kolektif, sehingga Islam tidak termanivestasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, untuk saat ini mari fokuskan pada diri kita masing-masing untuk bersungguh-sungguh dalam mengisi hari-hari sesuai tuntunan Rasulullah. Mulai dari bersungguh-sungguh membaca, mengkaji, menggali dan mendalami Al-Qur’an dan Sunnah berikut mengamalkannya, sampai benar-benar sungguh-sungguh dalam menempa diri untuk menjadi Muslim yang berkualitas dan bermanfaat.
Apabila ini bisa kita lakukan, insya Allah akan ada jalan dari sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana janji-Nya;
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS: Al-Ankabut [29]: 69).
Dan, dalam pepatah Arab dikatakan, “Man Jadda wajada” (siapa yang bersungguh-sungguh niscaya akan sampai).
Istiqomah
Setelah membaca, kemudian bersungguh-sungguh, langkah selanjutnya adalah istiqomah (konsisten). Ide besar apa pun dan tenaga sekuat apa pun jika tidak konsisten dalam menjalaninya tidak akan memberikan dampak sedikit pun. Karena itu kunci utama yang tidak kalah pentingnya adalah istiqomah.
Dalam pepatah bijak kita dikatakan, “Belakang parang pun, bila diasah setiap hari akan tajam juga.” Artinya, siapa pun, dari mana pun, keturunan siapa pun kalau memang istiqomah dalam menempa dirinya dalam ketaatan akan sukses juga.
Hal itulah yang dilakukan oleh Zaid bin Haritsah, anak angkat Rasulullah yang sebagian orang menyebutnya sebagai budak. Karena istiqomah meneladani Nabi, ia bisa menjadi seorang jenderal pasukan Muslim. Pun demikian dengan putranya, Usamah bin Zaid yang dipercaya Rasulullah menjadi panglima pasukan Muslim kala menghadapi tentara Romawi.
Jadi, istiqomah itu sangat luar biasa. Orang biasa akan jadi luar biasa dengan istiqomah. Orang tidak diperhatikan akan tumbuh menjadi pribadi yang diperhitungkan dengan istiqomah. Oleh karena itu, istiqomahlah dalam iman, takwa dan peningkatan kualitas diri. Sebab, segala kesulitan kuncinya ada pada keistiqomahan. Allahu A’lam.*/Imam Nawawi,Pimred Majalah Mulia






10 RAHASIA SUSKES ORANG JEPANG
Telah kita ketahui dan saksikan Negara Jepang adalah negara maju yang sangat hebat dan berjaya. Namun gempa dan tsunami yang melanda negeri matahari itu menghancurkan sebagian besar wilayah jepang yang berdampak pada perekonomiannya. Akan tetapi sepertinya tidak perlu lama bagi jepang agar bisa kembali menguasai perekonomian dunia, karena Jepang dikenal memiliki rakyat yang sangat luar biasa ulet. Banyak orang-orang sukses berasal dari Jepang.
Akan tetapi ternyata penyebab majunya mereka sudah diajarkan dalam agama Islam jauh sebelum negara Jepang ada. Kita bisa berkaca kepada sejarah, di mana belum ada dalam sejarah dunia, yang bisa menguasai sepertiga dunia hanya dalam waktu 30 tahun. Itulah masa para Khalifah Rasyidin. Kaum muslimin sendiri yang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga inilah yang diberitakan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian berjual beli dengan cara ‘inah, memegangi ekor-ekor sapi [sibuk berternak, pent], dan menyenangi pertanian dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan pada kalian kehinaan, tidak akan mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian”.[1]
Berikut kita bahas, bahwa apa yang menjadi penyebab majunya mereka ternyata ada dalam ajaran Islam sejak dahulu.[2]
1.Malu
#“Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dalam pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pemimpin yang terlibat korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.”#
Malu yang terpuji jelas adalah ajaran Islam. Bahkan jelas dan tegas dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ.
“Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.”[3]
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ.
“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.”[4]
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
اَلْـحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ.
“Malu itu kebaikan seluruhnya.”[5]]
Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling pemalu. Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu anhu berkata,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ حَيَاءً مِنَ الْعَذْرَاءِ فِـيْ خِدْرِهَا.
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih pemalu daripada gadis yang dipingit di kamarnya.”[6]
2.Mandiri
#“Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Bahkan seorang anak TK sudah harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Biasanya mereka mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang nantinya akan mereka kembalikan di bulan berikutnya.”#
Anjuran untuk berusaha sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain adalah ajaran agama Islam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لأَنْ يَأْخُذَ اََحَدُكُمْ اَحْبُلَهُ ثُمَّ يَاْتِى الْجَبَلَ فَيَاْتِىَ بِحُزْمَةٍ مِنْ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِخِ فَيَبِيْعَهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌلَهُ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ اَعْطَوْهُ اَوْ مَنَعُوْهُ.
“Sesungguhnya, seorang di antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi atau tidak”.[7]
Demikian juga nabi Dawud, seorang Raja besar, tetapi ia tetap makan dari hasil kerjanya yaitu mengolah besi.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا اَكَلَ اَحَدٌطَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ اَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِْهِ, وَاِنَّ نَبِيَّّ اللهِ دَاوُدُ عَلَيْهِ السَّلامُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِْهِ.
“Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri, sedang Nabi Daud Alaihissalam juga makan dari hasil usahanya sendiri”.[8]
3. Pantang menyerah
#“Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambah dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo, ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen).
Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).”#
Semangat dan pantang menyerah!! Ini adalah ajaran Islam.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
احرص على ما ينفعك، واستعن بالله ولا تعجزن، وإن أصابك شيء فلا تقل لو أني فعلت لكان كذا وكذا؛ ولكن قل: قدر الله وما شاء فعل، فإن لو تفتح عمل الشيطان
“Bersemangatlah kamu terhadap apa-apa yang bermanfaat bagi kamu, dan mohonlah pertolongan pada Allah dan jangan merasa lemah (pantang menyerah). Dan jika meminpamu sesuatu maka jangan katakan andaikata dulu saya melakukan begini pasti akan begini dan begini, tetapi katakanlah semua adalah takdir dari Allah dan apa yang dikehendakiNya pasti terjadi.”[9]
Ada tawakkal dalam ajaran Islam, lihat bagaimana motivasi RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam agar kita mencontoh burung dalam berusaha, burung tidak tahu pasti di mana ia akan mendapat makanan, akan tetapi yang terpenting bagi burung adalah ia berusaha keluar dan terbang mencari.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً
Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”[10]
“selalu ada Jalan”. ya, ini juga adalah ajaran Islam. Jika kita berusaha dan tawakkal, maka kita akan medapat jalan keluar dari arah yang tidak kita sangka-sangka.
Allah Ta’ala berfirman,
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (At-Thalaq: 3)
4.Loyalitas
#”Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan.”#
Dalam ajaran Islam seorang muslim diajarkan agar mematuhi persyaratan yang telah mereka sepakati. Jika dalam suatu perusahan mereka bekerja, maka mereka harus mematuhi persyaratan perusahaan yaitu harus mencurahkan yang terbaik serta loyal dengan perusahaan teresebut selama tidak melanggar batas syariat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
المُسْلِمُوْنَ عَلَى شُرُوطِهِمْ
 “Umat Islam berkewajiban untuk senantiasa memenuhi persyaratan mereka.[11]
5.Inovasi
#”Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat.’#
Islam juga mengajarkan agar kita mengembangkan Ilmu dan belajar (bukan inovasi dalam urusan agama = bid’ah). Bahkan kedudukan orang yang berilmu tinggi baik. Baik Ilmu dunia maupun akhirat.
Allah Ta’ala berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah: 11)
6. Kerja keras
#“Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun).Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.”#
Kerja keras juga Ajaran Islam. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallammengajarkan kita berlindung kepada Allah dari sifat malas,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).”[12]
Bahkan kita harus bersegera dalam kebaikan untuk diri kita.
Allah Ta’ala berfirman,
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan”. (Al-Baqarah: 148)
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (Al-Imran:133)
7.Jaga tradisi, menghormati orang tua dan Ibu Rumah Tangga
#“Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari Anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.”#
Tentu saja tradisi yang baik yang dilestarikan. Tradisi yang sesuai dengan nilai luhur dan ajaran Islam. Ajaran Islam juga melertarikan tradisi yang baik. Sebagaimana tradisi orang Arab Jahiliyah yang memuliakan tamu, menepati janji dan sumpah walaupun sumpah itu berat sekali. Bahkan adat/tradisi bisa dijadikan patokan hukum dalam ajaran Islam. Sebagaimana kaidah fiqhiyah.
العادة مجكمة
Adat/tradisi dapat dijadikan patokan hukum
Syaikh Doktor Muhammad Al-Burnu Hafizahullah menjelaskan makna kaidah ini, “Bahwasanya adat manusia jika tidak menyelisihi syari’at adalah hujjah dan dalil, wajib beramal dengan konsekuensinya karena adat dapat dijadikan hukum”.[13]
Mengenai perempuan yang sudah menikah dan tidak bekerja (IRT), ini juga ajaran utama agama Islam (Ibu rumah tangga bukan pekerjaan yang sepele dan hina, akan tetapi adalah sebuah kehormatan dan butuh pengorbanan yang akan melahirkan dan mendidik generasi terbaik).
لا تمنعوا نساءكم المساجد وبيوتهن خير لهن
“Janganlah kalian melarang istri-istri kalian pergi ke masjid-masjid, dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka[14]
Mengenai menghormati orang tua. Jelas ini ajaran Islam. Bahkan digandengkan dengan ridha Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” (Al-Israa’ : 23-24)
8.Budaya baca
#“Jangan kaget kalau Anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran.Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca”#
Ayat yang pertama kali turun adalah perintah membaca. Ini adalah ajaran Islam.
Alla Ta’ala berfirman,
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan” (Al-Alaq: 1)
Begitupula jika kita membaca teladan para ulama, misalnya syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah yang membaca setiap hari 12 jam. Begitu juga ulama yang lain, ada yang membaca sambil berjalan, hingga ia terperosok dalam lubang. Ada yang membaca sampai ia tertidur dengan buku di atas wajahnya.
9 Hidup hemat
#“Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, mungkin kita sedikit heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30, dan ternyata sebelum tutup itu pihak supermarket memotong harga hingga setengahnya.”#
jelas ini ajaran islam, hemat dan berusaha qona’ah. Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (hartanya), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Al-Furqan: 67)
10.Kerjasama kelompok
#”Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut.
Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, namun 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”.”#
Anjuran untuk bekerja sama adalah ajaran Islam. Saling membantu dalam kebaikan dan pahala.
Allah Ta’ala berfirman,
{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ} [المائدة: 2]
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Qs. Al Maidah: 2.)
Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah menafsirkan,
{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى} أي: ليعن بعضكم بعضا على البر. وهو: اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه، من الأعمال الظاهرة والباطنة، من حقوق الله وحقوق الآدميين.
“Hendaknya sebagian kalian menolong sebagian yang lain dalam al birr, dan ia adalah sebuah kata yang mencakup setiap apa yang dicintai oleh Allah dan diridha-Nya berupa amalan-amalan yang lahir dan batin dari hak-hak Allah dan manusia.“[1]
Dan Allah memerintah kita agar bersatu dan bekerja sama,
Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ
“Dan berpeganglah kalian dengan tali Allah seluruhnya, dan jangan bercerai-berai” (Ali ’Imran : 103)
Demikian, semoga bermanfaat.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
@perpus FK UGM, 2 Jumadal Awwal
Penyusun:  Raehanul Bahraen


Tidak ada komentar:

Posting Komentar